Sunday, December 18, 2011

FWD (Front Engine Front Wheel Drive)



FWD, seperti kita tahu adalah Kendaraan dengan posisi mesin berada didepan dan menganut gerak roda depan. Mobil-mobil seperti ini sangat banyak ditemui sekarang ini, seperti sedan-sedan buatan Jepang. Mobil dengan sistem penggerak seperti ini memiliki kecenderungan understeer pada saat melaju pada tikungan. Gejala understeer adalah gejala dimana bagian depan kendaraan tidak dapat dibelokkan dan cenderung bergerak lurus keluar tikungan.


Gambar diatas menggambarkan bagaimana understeer terjadi.

Mobil-mobil dengan sistem penggerak roda depan lebih banyak diproduksi karena memiliki tingkat biaya produksi rendah, karena tidak memerlukan drive shaft (atau yang lebih sering dikenal dengan kopel) yang menghantarkan tenaga putaran ke roda belakang, gardan belakang dan sistem transmisi yang lebih rumit. ditambah lagi sistem penggerak roda depan dengan gejala understeer ini membuat banyak pengemudi pemula yang merasa lebih aman mengendalikan kendaraannya, daripada sistem penggerak roda belakang dengan kemungkinan oversteer lebih besar.


Thursday, October 20, 2011


Pada cuplikan video diatas menunjukkan bahwa artikulasi suspensi yang cukup baik, namun dengan kendaraan dengan sumbu roda sependek ini, perlu beberapa tips untuk melewati beberapa macam rintangan pada track offroad. Tunggu ulasan selanjutnya !!!!!


Thursday, September 22, 2011

Suspensi part II

     Seperti pada artikel yang sebelumnya mengenai suspensi bahwa dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada pengendalian mobil. Pada artikel yang terdahulu membahas mengenai setting toe in dan toe out pada roda mobil, kini saya akan membahas lebih lanjut tentang setting pada suspensi yaitu Camber.
     
     Camber.
     Apakah yang disebut dengan camber? camber adalah sudut kemiringan roda kendaraan jika kendaraan tersebut dilihat dari depan secara horizontal.



     Pada gambar diatas menunjukkan bagaimana sebuah setting camber dan juga satuan-satuan ukuran yang digunakan dalam setting suspensi tersebut. Setting camber ditunjukkan dengan satuan derajat yang diukur dari garis tengah ban mobil dilihat dari depan kendaraan. Setting camber yang baik akan memperbaiki kualitas pengendalian mobil anda.
     Sudut camber negatif dapat meningkatkan dan memperbaiki luas penampang ban roda pada saat membelok, karena setting suspensi mobil juga memiliki sudut caster pada hub roda. Kita dapat melihat aplikasi camber yang ekstrim pada mobil-mobil modifikasi yang mengadopsi gaya low rider atau dub style seperti pada gambar dibawah ini:



gambar merupakan kreasi dari Sdr. Daniel Irawan www.picturesniper.com

     Banyak para penggila modifikasi menganut camber negatif ini untuk mengejar tampilan ceper dan elegan, namun perlu diketahui dengan setting camber negatif yang terlalu ekstrim juga akan memiliki dampak negatif pada komponen-komponen yang berkaitan dengan roda tersebut seperti bearing dan bushing-bushing nya. Tingkat keausan ban juga akan terkena imbas nya, sudah pasti ban bagian dalam akan habis duluan. 
     Aplikasi camber-camber negatif dan positif pada dunia motorsport dapat kita lihat pada kejuaraan drifting profesional yang kini sedang digandrungi banyak speed mania di tanah air, setting camber dalam dunia drifting dapat mempengaruhi handling saat di tikungan dan panjang durasi slide yang sedang dilakukan. 



     Pada gambar diatas terlihat mobil drift Nissan Silvia S15 dengan setting suspensi depan ber camber negatif sedangkan pada suspensi belakang menggunakan camber netral atau bahkan camber positif. Pada mobil drifting, dimana sangat mementingkan kualitas handling pada tikungan. Pada mobil drift, setting camber positif pada roda belakang dapat meningkatkan kualitas dan durasi slide pada saat ditikungan.


















Sunday, September 11, 2011

Suspensi part I

Kali ini kita akan membahas mengenai suspensi kendaraan. Kenyamanan sebuah kendaraan sangat bergantung atas sistem suspensi yang dikandungnya.

Sebuah mobil SUV biasanya tidak lebih nyaman daripada sebuah sedan, well, meskipun akhir-akhir ini banyak produsen SUV premium mengklaim bahwa mobil SUV mereka mempunyai kenyamanan sebuah sedan dan ketangguhan sebuah kendaraan penakluk segala medan.

Bagi kaum awam, suspensi mungkin tidak dapat memberikan pengaruh langsung terhadap handling sebuah mobil, tetapi bagi para penyuka kecepatan, setting suspensi yang tepat dapat merubah karakteristik pengendalian mobil cukup besar.

Setting pada Toe, Caster, Camber, Bound dan rebound rate yang tepat dapat mengubah karakteristik mobil anda secara drastis, well, mungkin tidak dapat langsung menyamai handling sebuah Nissan Skyline GTR atau Mitsubishi Lancer Evolution tetapi dapat membuat anda senang untuk mengendarainya selama anda menginginkannya.

Toe
     Apakah yang disebut dengan toe? toe adalah titik terjauh dan terdekat pada bagian depan sebuah kendaraan jika kendaraan tersebut dilihat dari atas. Gambar dibawah adalah analogi sebuah setting toe-in dan toe-out diapplikasikan.

Kali ini kita akan membahas mengenai suspensi kendaraan. Kenyamanan sebuah kendaraan sangat bergantung atas sistem suspensi yang dikandungnya.

Sebuah mobil SUV biasanya tidak lebih nyaman daripada sebuah sedan, well, meskipun akhir-akhir ini banyak produsen SUV premium mengklaim bahwa mobil SUV mereka mempunyai kenyamanan sebuah sedan dan ketangguhan sebuah kendaraan penakluk segala medan.

Bagi kaum awam, suspensi mungkin tidak dapat memberikan pengaruh langsung terhadap handling sebuah mobil, tetapi bagi para penyuka kecepatan, setting suspensi yang tepat dapat merubah karakteristik pengendalian mobil cukup besar.

Setting pada Toe, Caster, Camber, Bound dan rebound rate yang tepat dapat mengubah karakteristik mobil anda secara drastis, well, mungkin tidak dapat langsung menyamai handling sebuah Nissan Skyline GTR atau Mitsubishi Lancer Evolution tetapi dapat membuat anda senang untuk mengendarainya selama anda menginginkannya.

Toe
     Apakah yang disebut dengan toe? toe adalah titik terjauh dan terdekat pada bagian depan sebuah kendaraan jika kendaraan tersebut dilihat dari atas. Gambar dibawah adalah analogi sebuah setting toe-in dan toe-out diapplikasikan.


Pada gambar diatas terlihat bagaimana analogi tersebut digambarkan dengan jelas. Garis merah merupakan gambaran dari sebuah setting toe-in dan garis hijau merupakan gambaran dari sebuah setting toe-out. Pada dunia balap, setting tersebut ditentukan oleh karakteristik sebuah sirkuit yang akan dilalui, apakah sirkuit tersebut mempunyai banyak tikungan atau banyak trek lurus.
     Pada sebuah sirkuit yang memiliki banyak tikungan, maka para mekanik kemungkinan besar akan merubah setting toe ini menjadi setting toe-in dalam tingkatan derajat. (bisa sekitar 1°-5°) tergantung pada karakteristik trek tersebut. Perlu diperhatikan bahwa setting toe-in yang terlalu besar dapat mengakibatkan tingkat keausan ban depan yang cukup signifikan.

Pada gambar disamping terlihat bagaimana analogi tersebut digambarkan dengan jelas. Garis merah merupakan gambaran dari sebuah setting toe-in dan garis hijau merupakan gambaran dari sebuah setting toe-out. Pada dunia balap, setting tersebut ditentukan oleh karakteristik sebuah sirkuit yang akan dilalui, apakah sirkuit tersebut mempunyai banyak tikungan atau banyak trek lurus.
     Pada sebuah sirkuit yang memiliki banyak tikungan, maka para mekanik kemungkinan besar akan merubah setting toe ini menjadi setting toe-in dalam tingkatan derajat. (bisa sekitar 1°-5°) tergantung pada karakteristik trek tersebut. Perlu diperhatikan bahwa setting toe-in yang terlalu besar dapat mengakibatkan tingkat keausan ban depan yang cukup signifikan.


Friday, August 12, 2011

Teknik Dasar offroad (pengenalan mobil)

Berikut adalah teknik dasar dalam dunia offroad. Teknik awal yang harus diketahui bagi para pengemudi offroad adalah pengenalan dasar pada kendaraan yang akan digunakan. Kali ini saya membandingkan dua mobil yaitu Jeep CJ7 dan Suzuki Jimny SJ410. Mengapa saya memilih kedua mobil ini karena jumlah populasinya yang cukup banyak dan banyak orang yang familiar terhadap kedua mobil tersebut.


Kapasitas Mesin
     Dalam dunia offroad sebagian orang menganggap bahwa kapasitas mesin sangat mempengaruhi kemampuan dalam menaklukkan medan. Pendapat ini tidak seluruhnya benar karena kapasitas mesin yang besar terkadang mengakibatkan overpower. Dengan teknik mengemudi yang salah maka pada saat melewati medan berlumpur yang dalam maka mobil dengan power yang besar seperti Toyota FJ atau Jeep CJ yang tidak dilengkapi dengan LS (Limited slip) pada gardannya akan memiliki kecenderungan untuk terperosok semakin dalam. Sedangkan untuk kendaraan 4x4 dengan tipe mesin kecil (dibawah 4000cc/2000/cc) seperti Suzuki Jimny/Katana dengan kecenderungan bobot ringan, mobil ini akan kecil kemungkinannya untuk terperosok dalam kubangan lumpur. Jadi bagi para offroader, jangan 'ngeper' dahulu jika jip anda bermesin kecil.



Gambar diatas menunjukkan mesin Suzuki Jimny SJ410 dengan kapasitas 990cc


Gambar diatas menunjukkan mesin CJ7 AMC258CI dengan kapasitas 4200cc

Jarak sumbu roda
     Dalam dunia offroad, mobil-mobil Yang digunakan memiliki jarak sumbu roda depan dan belakang yang bervariasi. Jarak sumbu roda mobil yang digunakan berpengaruh terhadap kemampuan menaklukkan rintangan-rintangan yang ada didepan. Misal kasus pada mobil Jeep CJ7 dengan jarak sumbu roda 2370mm. Maka, jika mobil tersebut digunakan untuk melintasi sebuah kubangan lumpur dengan panjang 2000mm dan dengan kedalaman kubangan sekitar 100mm maka kemungkinan besar mobil tersebut akan dengan mudah untuk melewatinya dengan kecepatan rendah. 
     Kesimpulan ini diambil berdasarkan bahwa setelah roda depan mobil tersebut melewati kubangan dan lolos maka roda belakang masih belum masuk ke dalam kubangan tersebut, jadi kedua sumbu roda depan dan belakang akan melintasi kubangan tersebut dengan bergantian.
     Hal ini kebalikan dengan apa yang terjadi pada mobil Suzuki Jimny dengan jarak sumbu roda 2030mm. Pada kasus yang sama, mobil kedua akan lebih sulit untuk melalui kubangan yang sama dalam kecepatan yang rendah, karena jarak sumbu roda depan dan belakang yang cukup pendek maka sebelum sumbu roda depan benar-benar lolos melewati kubangan, sumbu roda belakang akan segera masuk kubangan, jika pengemudi tidak benar-benar waspada dan terampil maka kemungkinan untuk terperosok akan semakin besar.


Pada gambar diatas menunjukkan Suzuki Jimny SJ410


Pada gambar diatas menunjukkan Jeep CJ7

Lebar sumbu roda
     Faktor berikutnya adalah lebar sumbu roda. Masih terkait pada kedua contoh mobil diatas, pada kasus mobil Jeep CJ7 dengan sumbu roda 1740mm dan tinggi mobil yang cukup proporsional yaitu 1720mm maka jika dianalogikan dengan perbandingan yaitu menjadi 1,1:1 maka kecenderungan mobil ini untuk terguling pada saat melintasi trek yang mempunyai kemiringan ekstrim lebih kecil jika dibandingkan dengan mobil kedua yaitu Suzuki Jimny SJ410 dengan lebar sumbu roda 1395mm dan ketinggian mobil 1670mm maka jika dianalogikan dengan perbandingan muncul angka 1:1,2 sedikit lebih besar dari Jeep CJ7. Pada mobil kedua ini secara fisik akan tampak bahwa mobil ini lebih tinggi daripada mobil pertama, dengan bentuk yang lebih tinggi ini maka kemungkinan untuk limbung menjadi lebih besar.


Dibawah adalah analogi kedua mobil



Dari kedua gambar bentuk diatas dapat terlihat bahwa bentuk mobil pertama lebih proporsional lebih kebentuk persegi dan pada bentuk mobil kedua lebih berbentuk persegi panjang yang lebih tinggi dan kurang proporsional pada trek-trek miring.

     Dari ketiga faktor tersebut diatas, maka kemampuan kendaraan dalam melewati medan offroad dipengaruhi oleh berbagai macam hal dan tidak selalu dipengaruhi oleh kekuatan mesin saja namun kekompakan tim juga sangat berpengaruh. Bukan tidak mungkin pengemudi offroad yang menggunakan mobil mungil seperti Suzuki Jimny dengan tim yang solid akan lebih mudah melalui  medan yang berat jika dibandingkan pengemudi offroad yang menggunakan Jeep CJ7 tetapi tidak didukung oleh tim yang solid. Jadi bagi anda yang ingin melakukan kegiatan offroad, jangan pesimis dahulu atas apa yang anda kendarai karena beberapa trek offroad terbukti lebih mengasyikkan jika dilalui dengan Suzuki Jimny SJ410.

- Happy Offroading-







Thursday, July 28, 2011

Turbocharger??

Turbocharger sesungguhnya adalah alat yang berbentuk seperti pompa yang digerakkan oleh energi pembuangan melalui exhaust mesin. Sebuah turbocharger terdiri dari sebuah turbin dan kompresor dalam sebuah batang/poros yang sama. Turbin tersebut mengubah energi kinetik dari kecepatan exhaust mesin dan tekanannya yang tinggi untuk memutar kompresor. Kompresor tersebut memampatkan sejumlah udara dan memompanya ke intake manifold mengakibatkan besarnya massa udara yang masuk pada silinder tiap langkahnya.



Kegunaan utama dari sebuah turbocharger sama denga sebuah supercharger; yaitu untuk meningkatkan efisiensi volume mesin dengan segala keterbatasannya. Sebuah mesin kendaraan standar (tanpa turbo dan supercharger; biasa disebut dengan naturally aspirated), biasanya berdasarkan pada hisapan pada tiappistonnya untuk masuk ke tiap silinder melalui katup hisap. Tekanan di atmosfer bumi ini tidak lebih dari 1 atm (atau setara dengan 14,7 psi atau 1 bar), jadi akan ada batasan perbedaan antara katup-katup hisap dan juga jumlah udara yang masuk ke ruang pembakaran. Karena turbocharger meningkatkan tekanan udara yang masuk ke dalam silinder, semakin besar udara yang dimampatkan akan berakibat naiknya performa karena ledakan yang dihasilkan karena campuran oksigen dan bbm semakin kaya.
Untuk mecegah adanya detonasi dan kerusakan fisik pada mesin tersebut, tekanan pada saluran masuk (intake manifold) tidak boleh menjadi terlalu tinggi, oleh sebab itu tekanan tersebut perlu dikontrol. Alat pengontrol kelebihan tekanan pada intake manifold disebut dengan wastegate.



Gambar tersebut diatas menunjukkan penempatan wastegate external disamping unit turbo itu sendiri

Alat ini berguna untuk mengontrol kelebihan tekanan yang ditimbulkan oleh turbocharger dengan sebuah alat pengatur tekanan (boost control device). Sebuah aktuator terhubung pada kompresor melalui sebuah selang yang biasanya dihubungkan oleh solenoid pada sistem ECU (Engine Control Unit), yang mengatur untuk memaksa wastegate selalu terbuka ketika tekanan udara naik. Pengurangan kecepatan pada turbin menurunkan kecepatan kompresor dan berkurangnya tekanan pada intake manifold.

Komponen-komponen turbocharger
Sebuah turbocharger memiliki beberapa komponen utama yaitu: turbin (yang dimana selalu berpola radial) dan kompresor yang terdapat didalam housing yang berbentuk seperti kerucut yang berada pada tempat yang berlawanan dengan komponen ke tiga yaitu center housing.



Kompresor dan turbin tersebut ditutup oleh housing yang dapat memusatkan dan mengarahkan udara melalui kompressor pada saat berputar. Bentuk dan ukuran dapat mempengaruhi karakteristik turbochargertersebut. Terkadang, beberapa produsen turbocharger memiliki desain yang mereka sesuaikan sendiri untuk pengaplikasian pada kendaraan dengan performa, respon dan efisiensi yang sudah ditentukan.


Kedua gambar tersebut merupakan gambar turbo yang sedang dibuka pada bagian kompressor nya.


Gambar dibawah adalah skema lengkap pemasangan sebuah sistem turbo lengkap dengan wastegate, intercooler dan blow off valve.



Strut Bar (what is it used for?)

Apa yang disebut dengan Strut Bar?
                Sebuah strut barstrut brace atau strut tower brace kebanyakan adalah merupakan perangkat yang sifatnya hanya sebagai aksesoris  yang biasa digunakan pada system suspensi Macpherson struts yang dipasangkan pada kendaraan dengan konfigurasi chasis monocoque yang dipergunakan untuk memberikan sifat kaku dan kuat pada setiap titik suspensi.



Dengan system suspensi Macpherson strut yang berarti adalah per ulir dan shock breaker digabung menjadi satu unit, maka beban kerja suspensi kendaraan akan cukup banyak dibebankan pada atas dudukan suspensi kendaraan, tidak seperti pada system suspensi Double wishbone dimana kedua piranti tersebut dapat membagi beban kerja pada dua lokasi yang berbeda dalam sebuah as roda
                Dalam istilah umumnya, sebuah strut bar yang dipasang pada chasis monocoque pada kendaraan dapat memperkuat konstruksi suspensi dan dapat mempengaruhi pengendalian kendaraan tersebut. Dengan karakteristik chasis monocoque yang cukup lentur, maka untuk menaikkan rigiditas chasis, maka kegunaan strut bar menjadi sangat penting. Untuk menjadikan fungsi strut bar ini efektif maka bahan strutbar harus memiliki kekuatan yang baik dan juga dihubungkan ke firewall mesin.

Berikut ini digambarkan bagaimana strut bar bekerja mengikat suspensi depan pada mobil dengan sistem bodi monokok supaya geometri suspensi tidak berubah.






Basic Cornering


Basic Cornering

     Menikung atau lebih sering disebut sebagai cornering pada dunia motorsports membutuhkan keahlian tersendiri. Tidak jarang banyak pembalap maupun pengemudi amatir kewalahan dalam menaklukkan sebuah tikungan. Banyak pengemudi yang tidak mengetahui bagaimana cara menikung yang benar dan aman sesuai dengan kendaraan yang mereka kendarai.

     Dalam menaklukkan sebuah tikungan, pertama-tama yang harus diperhatikan adalah jenis kendaraan yang sedang anda kendarai, apakah menganut sistem penggerak roda depan, roda belakang atau all wheel drive. Perbedaan sistem penggerak ini mempengaruhi distribusi bobot pada saat menikung. 

Front engine front wheel drive (FWD)
          Kendaraan dengan sistem penggerak model ini memiliki titik berat pada bagian depan kendaraan, dengan distribusi bobot seperti ini maka kendaraan akan cenderung memiliki gaya dorong yang besar dan mengakibatkan kendaraan mengalami gejala understeer, yaitu kondisi dimana mobil cenderung berlari mengarah keluar tikungan dan tidak dapat dibelokkan dengan baik, terutama pada mobil yang dijalankan pada kecepatan yang cukup tinggi saat akan memasuki tikungan.

Front engine rear wheel drive (RWD)
          Kendaraan dengan sistem penggerak roda belakang memiliki titik berat yang seimbang. Dengan distribusi bobot yang seimbang seperti ini maka mobil akan lebih mudah dikendarai pada saat masuk dan pada tikungan. Distribusi bobot akan lebih baik karena sumbu roda depan hanya bertugas untuk membelokkan arah mobil sedangkan pada sumbu roda belakang hanya berfungsi untuk mendorong mobil, hal ini berbeda dengan sistem penggerak roda depan yang memiliki dua fungsi yaitu membelokkan mobil dan juga sebagai penggerak mobil. Karakteristik mobil dengan sistem penggerak roda belakang adalah cenderung tajam atau sering juga disebut dengan oversteer, oversteer adalah gejala yang terjadi pada kendaraan dimana bagian belakang atau 'pantat' kendaraan mengalami gejala membuang keluar tikungan, sedangkan bagian depan kendaraan cenderung masuk kedalam tikungan. Kondisi ini sangat cocok dan lazim dilakukan para pembalap drifting, oleh karena itu mobil penggerak roda belakang lebih populer didunia drifting daripada sistem penggerak roda depan maupun all wheel drive sekalipun.

Front engine all wheel drive (AWD)
          Sebelum membahas lebih lanjut mengenai karakteristik mobil penggerak empat roda, kita perlu mengetahui apa sebenarnya perbedaan dari sistem AWD dan 4WD, secara terminologi kedua istilah tersebut sebetulnya memiliki persamaan, namun perbedaan utamanya adalah, jika sistem AWD diterapkan maka mobil tersebut akan memiliki fungsi penggerak 4 roda yang aktif secara permanen seperti pada mobil Mitsubishi Evolution, Subaru Impreza series dan mobil-mobil WRC lainnya. Sedangkan sistem 4WD adalah sistem penggerak 4 roda yang sesungghnya memiliki fitur untuk menonaktifkan sistem penggerak 4 rodanya menjadi penggerak 2 roda belakang. Jadi sistem ini memungkinkan pengemudinya untuk mengaktif dan non aktifkan sistem penggerak roda sesauai dengan medan yang akan dilaluinya. Sistem penggerak seperti ini sering ditemukan pada mobil keluaran Jeep seperti Jeep Wrangler YJ, JK, CJ series, dll.
          Menikung menggunakan sistem penggerak 4 roda memiliki banyak keunggulan dibanding kedua sistem penggerak sebelumnya. Karena pembagian atau distribusi tenaga disalurkan ke empat roda maka mobil tidak akan sedikit mengalami atau bahkan tidak akan mengalami gejala oversteer maupun understeer seperti yang terjadi pada kedua sistem penggerak sebelumnya. Mobil akan mudah dikendalikan meskipun pada beberapa kasus akan terjadi understeer karena pembagian distribusi tenaga sama antara sumbu depan dan belakang (lebih dipengaruhi oleh sistem AWD atau 4WD).

          Setelah mengenal karakteristik kendaraan yang digunakan, kini kita akan membahas lebih jauh mengenai teknik menikung. Menikung pada sirkuit maupun pada kondisi jalanan normal membutuhkan teknik tersendiri. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai teknik menikung pada sirkuit atau lintasan balap profesional.
          Yang perlu diperhatikan pada saat berbelok atau menikung pada kecepatan tinggi adalah kecepatan pada saat akan memasuki tikungan dan gigi persneling yang digunakan pada saat di tikungan. Posisi mobil pada saat akan masuk tikungan juga mempengaruhi ketepatan dan keakuratan dalam membelok.
Ketika kita sedang membelok, kita harus berusaha untuk membuat mobil bergerak sesuai dengan kemauan kita sebagai pengemudi, bahkan jika memungkinkan kita dapat mengembangkan kecepatan lebih tinggi pada saat keluar dari tikungan. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan? Keseimbangan yang kita bicarakan disini adalah antara bagian depan dan bagian belakang mobil karena jika ada bobot berlebih yang di salurkan baik ke depan maupun ke belakang maka mobil akan memiliki kecenderungan untuk melintir di tikungan (oversteer berlebihan pada saat menikung).
          Ketika kita sedang beraa dilintasan balap, semua input yang dapat kita rasakan dari pergerakan mobil harus diimbangi dengan respon yang kita berikan terhadap mobil melalui pedal gas, rem dan lingkar kemudi yang berfungsi untuk menjaga kestabilan mobil pada saat melaju ditikungan.

          Ketika melaju ditikungan, respon kita dalam menginjak pedal gas atau rem menjadi sangat penting. Ketika kita melepas gas secara tiba-tiba atau menginjak rem dengan kencang maka bobot atau gaya berat kendaraan akan berpindah secara mendadak ke depan yang dapat mengakibatkan mobil tidak dapat dikendalikan. Dengan membuka gas secara perlahan atau jika memungkinkan membuka throttle separuh bukaan dapat menjaga traksi mobil anda pada saat ditikungan sambil secara perlahan menambah kecepatan keluar tikungan. 

Perhatian: 
Tehnik menikung seperti ini hanya dapat dilakukan di sirkuit, akan menjadi sangat berbahaya jika kita mengebut dan memaksa kendaraan kita sampai pada limitnya di jalan raya. 

          Mengerem dengan perlahan ataupun keras sesungguhnya merupakan bukan pilihan yang tepat pada saat menikung, jadi yang perlu anda perhatikan adalah teknik mengambil tikungan dari luar kemudian masuk dan keluar lagi dengan gigi persneling dan kecepatan yang tepat.
Pada sirkuit atau lintasan balap profesional, kecepatan keluar tikungan merupakan point yang paling penting karena seperti kita tahu bahwa mobil akan cepat berakselerasi dari kecepatan yang menengah daripada kecepatan yang rendah (mesin harus diurut dari Rpm bawah lagi untuk dapat mencapai kecepatan yang diinginkan).

APEX:
          Apa yang disebut dengan Apex? Apex adalah titik terdalam pada sebuah tikungan. Penjelasan mengenai apex ditunjukkan oleh gambar dibawah ini: